everything begining from here

everything begining from here

Rabu, 21 Desember 2011

One Day


Gundah masih menyelimuti hati ini, minggu kedua menjalani kehidupan berumah tangga, rasa khawatir itu mulai muncul, khawatir akan mengecewakan mertua, takut, tidak sepaham, takut membuat suami merasa tidak ter-urus dan sebagainya.
Begitu banyak ketakutan yang memenuhi kepala ini, menyesakkan dada. Aktivita dikantor menyita hampir separuh dari waktu produktif  yang saya punya, dan hanya pada malam hari saja saya bisa berbincang-bincang dengan mertua, dan  itupun  kalau  pulangnya cepat, beban moral yang menghantui, merasa tidak berdaya sama sekali ketika rasa bersalah itu menyeruak.  Hanya dengan menangis  satu-satunya cara yang membuat saya  sedikit lega. Setidaknya rasa sesak sedikit berkurang. Tapi itu tidak cukup, usaha sekeras apapun yang saya lakukan rasanya belum mebuahkan hasil, mungkin ini yang orang-orang sebut, “perempuan harus mempunyai segudang stock kesabaran  dan tidak boleh habis,” beradaptasi, memarginalkan segala hal yang baru, dan banyak hal lainnya. Kebiasaan dan adat baru yang harus saya sesuaikan, baru kali ini saya merasakan perasaan segundah ini. Ketakutan ini mungkin sangat berlebihan. Tapi tak tahu harus seperti apa lagi. Berjuang lebih keras dan bersabar, itu saja yang bisa saya lakukan.
Sosok lelaki yang biasanya berhasil membuat saya nyaman pun tidak berhasil menyelamatkan kondisi saya saat ini. “maafkan saya yang terlalu rapuh,” tapi dia masih mempercayai bahwa saya pasti bisa melewati semua ini bersama dia saat ini.
Rasa sayang saya bukan hanya untuk suami saya, tapi juga untuk sang ibu mertua yang sudah memberikan saya nasihat-nasihat berumahtangga. “jadi rindu dengan bunda.” Jujur saja pernikahan saya ini adalah moment yang paling  saya tunggu. Bahagia bisa bersama dengan seorang laki-laki yang insyaAllah akan bertanggung jawab dan menyayangi.  Bahagia karena saya bisa mendapatkan orang tua yang baik dan disiplin. Dan bahagia karena saya akhirnya bisa mendapatkan kakak perempuan. Setelah 23 tahun menjadi kakak. Akhirnya saya jadi adik, bayangan mempunyai kakak perempuan, bisa berbagi banyak hal, sharing hal-hal baru yang saya temukan diluar sana. J
Memang tidak mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan yang benar-benar baru, apa lagi langsung berada dalam satu atap. Banyak hal yang harus dikompromikan, banyak hal yang harus dipelajari dan sebagainya. Saya termasuk orang yang sangat suka berdiam diri. Sangat timpang dengan konsep sosialisasi yang harus saya pelajari, otakku tiap hari berusaha mencari kosakata yang menarik untuk diperbincangkan dengan mertua, atau pertanyaan apa yang kira-kira dapat memancing pembicaraan yang panjang untuk saya dan mertua. Tapi selalu saja tidak berhasil, Ya Rabb. L
Tapi saya percaya Allah selalu menemani hamba-Nya, tidak pernah meninggalkannya, saya percaya one day akan ada saatnya saya bisa memahami kondisi yang saat ini serbasalah. Tidak ada satupun masalah yang tidak diberikan jalan keluar, kesabaran pasti berbuah manis. Saya hanya perlu sedikit berusaha lagi dan tentunya do’a dan kesabaran dalam menanti saat itu.
One day….
Saya mulai membulatkan tekad untuk mencoba hal-hal yang lain yang belum saya coba untuk masuk kedalam lingkungan baru saya, meskipun masih sangat was-was. Allah telah mengirimkan malaikat kedua yang senantiasa menjaga dan menguatkan saya ketika mulai lunglai. “kita baru sama-sama belajar, sabar saja yah…semua akan baik-baik saja.”  Katanya, sambil menggenggam erat tangan saya. Mencoba meyakinkan saya. “thank’s a lot honey.”


Tidak ada komentar: