November
“Desember tahun ini gimana yan? Nyokap udah kepengen
cepat-cepat soalnya.”
Tidak bisa saya deskripsikan lagi bagaimana perasaan saya
saat kak Didi mengutarakan kalau dia hendak bertemu dengan orang tua saya dan
juga memperkenalkan saya dengan orang tuanya. Sangat bahagia pastinya, akhirnya
ada pria yang gantle mengatakan keseriusannya meskipun dia mengutarakan dengan
mutar-mutar, tapi untung saja saya cepat bisa menganggapi maksud pembicaraan
waktu itu. Alhamdulillah kedua orang tua saya dan kedua orang tuanya menyambut
sangat baik dan tidak ada sedikitpun sikap dari mereka yang mengindikasikan
rasa keberatan. Lagi-lagi Allah SWT melancarkan jalan saya dan dia.
Sebenarnya bukan proses acarnya yang membebani pikiran
saya. Tapi ternyata sangat banyak perempuan-perempuan yang sampai diproses ini
masih saja diperkenalkan oleh beberapa ibu-ibu teman mamanya kepada mama kak
Didi, katanya untuk jadi calon istri kak Didi. Inilah membuat hati saya sangat
gusar, mungkin ini bagi orang lain berlebihan, tapi sayapun tidak dapat
menghindari perasaan gusar ini. Hanya do’a yang bisa saya panjatkan ditiap
sujud dan ruku’, memohon pada-Nya agar merestui usaha yang telah saya dan kak
Didi lakukan selama setahun setengah ini. Segala konsekuensi dari keputusan
untuk menikah diusia muda pun telah saya pikirkan matang-matang, beberapa
referensi buku tentang membangun rumah tangga yang Islami telah saya baca dan
sesekali saya share dengan kak Didi. Tentang konsekuensi dari pekerjaan kak
Didi yang tidak menutup kemungkinan harus siap ditempatkan diluar kota bahkan
dikota yang sangat jauh dari kota kelahiran kami berdua (Makassar). Dan
tentunya saya harus siap untuk tetap mendampinginya.
Sebenarnya itu juga sebabnya kenapa selama ini saya
selalu mencari pekerjaan yang sudah jelas penempatannya di kota Makassar, dan
tidak terikat untuk jangka waktu yang lama. Oleh karena itu ketika saya
ditawari menjadi seorang trainer disalah satu bank asing di kota saya, saya
langsung menerimanya, karena dalam kontraknya tidak disebutkan kalau “saya
harus siap untuk ditempakan dimana saja, dan siap untuk tidak menikah serta tidak
hamil selama 2 tahun” seperti bunyi kontrak-kontrak ditempat lain. Saya merasa
beruntung mendapat tawaran untuk mencoba hal yang baru, menjadi seorang
trainer, mengajar orang-orang sudah bukan hal yang baru lagi untuk saya, namun
ini konteks yang berbeda. Karena tiap minggu pesertanya berbeda-beda. Maka dari
itu saya langsung saja menerimanya. Berkarier selama status masih single
menurut saya sah-sah saja. Karena tidak mungkin saya menyia-nyiakan title yang
saya sandang. Namun, ada masanya saya harus memilih, membuat keputusan yang
pasti akan merubah 180% kehidupan saya dari sebelumnya. Tapi itu telah saya pikirkan baik-baik. Dan tanpa
dimintapun, kelak pada saatnya saya siap untuk dirumahkan oleh suami saya.
Khususnya jika kelak saya diberi keturunan. Bagaimanapun keluarga bagi saya
adalah prioritas utama. Perempuan adalah tiang dalam suatu rumah tangga, dan
dibutuhkan seorang imam yang kuat untuk tetap menjaga tiang itu tetap berdiri
kokoh dan kuat.
Semua telah saya pikirkan, semua siap saya tanggung, dan
selalu saya mencoba meyakinkan kak Didi bahwa tidak ada sedikitpun keraguan
dalam hati saya untuk mendapinginya. Seperti kata mamanya “yang penting kalian
berdua saling sayang dan pengertian, saling menerima kelebihan dan kekurangan
masing-masing”
Memang tidak banyak syarat yang diajukan oleh mama kak
Didi, dan saya mencoba untuk tetap yakin dan memantapkan langkah dengan meminta
restu dari orang tua dan tentunya keridhaan dari Allah SWT. Semoga bulan
Desember yang kami bisa melaksanakan pernikahan kami (saya dan Kak Didi).
Amiinnn Ya Ilahi…. J
Ternyata
November
Setelah
pertemua kedua orang tua saya dan orang tua Kak Didi, ternyata rencana yang
pernikahan yang akan digelar pada bulan Desember dimajukan kebulan November,
lebih cepat sebulan dari pembicaraan awal saya dan mama Kak Didi. Semuanya
telah dibicarakan, tanggalpun telah ditentukan 27 November 2011 InsyaAllah akan menjadi hari paling bersejarah
untuk saya dan Kak Didi. Hari pernikahan kami, setelah berbagai macam proses
perkenalan yang kami lewati, tapi tentunya bukan pacaran. Banyak orang yang
berpikir bahwa kami ini dijodohkan dan kami berdua sama sekali tidak pacaran
dan acarannya pun terkesan mendadak. Hehehe, padahal sama sekali tidak. Semua
keperluan yang harus kami persiapkan mulai kami susun, gedung, dekorasi,
souvenier, undangan, foto prewedding dan semua yang diibutuhkan sampai acara
nanti terlaksana. Harap-harap cemas semakin memenuhi hati dan kepala saya,
apalagi bulan Oktober dia akan mengikuti diklat di Jakarta selama sebulan. “Ya Allah
mohon jaga dia disana…” hanya berharap semua berjalan lancar. Dan dia tentunya
baik-baik saja disana. :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar