everything begining from here

everything begining from here

Jumat, 29 Oktober 2010

BIJI SELASIH vs ISOLASI

Hari itu tanggal 05 September 2010 bertepatan dengan hari ke-2 Ramadhan. Saya dan beberapa teman mengadakan acara buk puasa bersama dan membagi ta’jil dijalan raya untuk mereka yang masih dalam perjalanan ketika waktu berbuka tiba nanti. Segala persiapan kita persiapkan bersama. Pagi itu saya dan Zahra membuat janji untuk bertemu di Rumah Baca, tempat kami berkumpul untuk berbuka. Pukul 11.00 WITA Zahra pun tiba dan kami berdiskusi tentang bahan-bahan untuk ta’jil yang belum lengkap apa saja. “sist…semuanya udah lengkap???” Zahra bertanya. “belum sist masih kurang buahnya dan biji selasihnya”
Tiba-tiba dari arah belakang kak Ilham (kakak senior yang rumahnya telah disulap menjadi Rumah Baca) yang ternyata mendengar pembicaraan kami dan ikut nimbrung. “nambah buah saja…” “selasihnya kak???” Zahra memperjelas. “banyak kok disini…!” jawab kak Ilham mantap. Saya pun mengajak Zahra langsung menuju pasar tradisional terdekat untuk belanja keperluan untuk membuat ta’jil. Kami hanya melengkapi bahan-bahan yang kurang saja. Karena kemarin sebagian sudah kami beli. 30 menit kemudian kami tiba lagi di Rumah Baca, dan langsung membongkar belanjaan dan mulai mengupas buah-buah sembari menunggu yang lain datang. “kok belum ada yang datang yaahh??” saya mulai panik karena sampai siang belum ada juga yang muncul. Tidak lama kemudian Pinky datang bersama violeta. “assalamu’alaikummmm….” Mereka memberi salam sangat kompak mirip koor yang sangat rapi. “wa’alaikumsalam….” Saya dan Zahra pun tidak mau kalah kompak menjawab salam mereka. “loh? Kok baru kalin sih yang datang? Mana yang lain?” Pinky yang baru saja duduk sebelahku tiba-tiba menyerobot dengan pertanyaan. Dia memang paling rame. Hehehe…. “belum datang ky…” jawab Zahra yang masih asik memotong buang papaya. Sejam berlalu, barulah Nindy tiba hampir bersamaan dengan Vivian. Hemmm…jadi cepat nih kelarnya. Setelah buahnya kami siapkan. Kami membagi tugas. Aku dan Vivian yang mencuci bersih buah-buah yang sudah dipotong-potong tadi, Zahra yang menyiapkan air gulanya, menyiapkan wadah untuk mencampur buahnya nanti dan Nindy menyiapkan untuk memasak biji selasih. Semua sudah memegang pekerjaan masing-masing. Pingky dan Violet yang bertugas mengambil makanan. “sista…biji selasih yang mau dimasak dimana?” “dikantongan putih di atas meja sist, ada sebungkus. Sisanya minta sama kak Ilham…katanya dia punya banyak.” Zahra menjelaskan. Nindy kemudian memanggil kak Ilham untuk menanyakan biji selasih yang dia simpan. “kak….mana selasihnya??? Biar sekalian mau dimasak…” Kak Ilham menjawab dengan sekenanya “tuh ambil di depan, banyak kok di rak-rak tempat gunting” Kami yang asik dengan kerjaan masing-masing secara serempak menghentikan pekerjaan. Seperti mesin yang ditekan pause secara tiba-tiba, bingung mendengar jawaban kak Ilham. Saya mencoba mengulang pertanyaan Nindy barusan dengan dahi yang mulai mengernyit. Tampang Zahra pun mulai tidak keruan antara khawatir dan bingung. Wajah Vivian pun menghasilkan ekspresi tidak kalah bingungnya. Tidak biasanya biji selasih ditaruh di rak-rak. Yang biasanya kita dapati biji selasih itu ditaruhnya dalam kulkas. Hemmm, kak Ilham memang selalu tampil beda nampaknya. Atau jangan-jangan…..kak Ilham…..huuuffttt, semoga saja tidak. Kak Ilham yang sudah merasa ada yang tidak beres menghampiri kami yang mencoba bertanya kembali. “kalian cari isolasi kannn??? Ituh banyak di depan…!!!” dengan wajah yang sangat meyakinkan. Hakh…???? Gubraaaakkkkkkk…… toooeengggg… ternyata emang benaaarr kak Ilham salah dengar tadi. Dia mengira Zahra menyebut isolasi, makanya dengan mantap dan lantangnya dia mengatakan “banyak disini kok!!!” Yassalaaaammmm kami berempat tercekat seketika dan kamudian tertawa. “huwaaahahahahahahahahaha….” “makanya kak, kalo orang ngomong jangan suka nguping…apa lagi main pepet-pepet aja. Fiiiuuuhhh….” Ujar Zahra masih diselingi tawa. “hahahah….siapa yang mau makan isolasi kak???” saya mencoba mengganggu kak Ilham yang mukanya mulai merah padam karena malu, ternyata tadi dia salah dengar. Tengsin boo diketawain ama empat junior… Nindy yang sudah agak reda tawanya dengan polos bertanya “terus, biji selasihnya ini doank nih yang dimasak?” “mau apa lagi, yang itu saja kita pakai, soalnya ini sudah sore, tidak keburu kalau kepasar lagi. Kecuali kalau kamu mau makan isolasi rebus sist. hahaha” Vivian masih geli melihat kak Ilham yang jadi salah tingkah sendiri. “dasar kak Ilham…” ujar kami hampir serempak. Hemmm…terpaksa deh kita mencukupkan biji selasih yang ada. Untungnya bahan yang lain banyak. Jadi menutupi biji selasih yang kurang. Pelajaran penting untuk kita semua: jangan pernah menguping pembicaraan orang. Apalagi ngupingnya cuma setengah-setengah, bisa kacau jadinya. Seperti ini. Tapi syukur Alhamdulillah acara buka puasa bersama kami dan berbagi ta’jilnya berjalan lancar. Kami semua sangat senang bisa berkumpul bersama. Semoga Allah masih memberikan kita semua kesempatan untuk berkumpul bersama pada Ramadhan berikutnya. Amiiiinnnnn…. Thank’s untuk semuanya yang telah memberikan pengalaman menarik dan sangat berharga untukku dibulan yang penuh berkah ini. Makassar, 06 Septembr 2010 Rumah Baca Philosiphia yang penuh kebahagiaan _Miftah_

Tidak ada komentar: