Kali ini aku ingin menceritakan kisahku, seorang
perempuan yang sangat beruntung telah diberi kesempatan kedua oleh Allah untuk
memperbaiki kehidupanku. Aku diberikan oleh Allah hidup kedua.
Namaku Fla, anak kedua dari 5 bersaudara dan aku
satu-satunya anak perempuan dikeluargaku. Kini diusiaku yang ke-18 aku
memutuskan untuk bekerja. Kini aku adalah seorang waitress disalah satu
restoran yang cukup terkenal dikotaku. Selepas SMA aku memutuskan untuk tidak
melanjutkan ke tingakat perguruan tinggi, bukan karena alasan keuangan, tetapi
kondisi keluargaku yang tidak mendukungku untuk melanjutkan. Sepeninggal ayahku
karena pembuluh darahnya yang pecah, hidupku jadi berantakan. Sebelum aku masih
bisa menghadapai masalah dalam kehidupanku. Kondisi keluargaku memang sidah
tidak bisa dikatakan normal lagi layaknya keluarga yang lain, orang tuaku yang
sudah 3 tahun terakhir tidak lagi serumah memutuskan untuk bercerai, namun
sebelum semuanya terlaksana ayah sudah lebih dulu dipanggil oleh Sang Khalik.
Sejak saat itu ibuku yang begitu ramah dan perhatian terahadapku tiba-tiba
berubah menjadi sosok yang sangat kejam dan seakan tidak menginginkan aku,
selalu saja ada alasan bagi ibu untuk memarahiku, bahkan untuk alasan yang
tidak masuk diakal sekalipun. Kakak yang selama ini melindungi dan menyayangiku
pun tiba-tiba berubah seratus delapa puluh derajad. Jadi tidak perduli sama
sekali terhadapku.
Akhirnya akupun memutuskan untuk keluar dari rumah dan melanjutkan
hidupku sendiri. Sesekali aku mencoba untuk datang menjenguk ibu, tapi tetap
ibu bersikap dingin padaku. Tapi itu tidak membuat aku membencinya, tidak sama
sekali. Kujalani hidupku dengan penuh keyakinan untuk membuktikan pada ibu
bahwa aku bisa membuatnya bangga, impian demi impian aku rajut dan berharap
suatu saat akan kugapai satu per satu.
Sampai aku bertemu Edo, salah satu costumer yang sering
menghabiskan siangnya di restoran tempat aku bekerja. Selama ini tenyata ia
sering memperhatikanku. Bahkan sekali waktu ia menemukan aku sedang menangis di
dekat toilet. Dari situlah aku dan Edo mulai menjalin pertemanan dan akhirnya
ia menyatakan perasaannya kepadaku, ia adalah seorang pemain band. Sering ia
menghiburku dengan membuatkan sebuah lagu, “hemm romantis kedengarannya
kan..?!” yah… Edo memang cowok yang baik dan sangat romantis. Aku mulai
merasakan hidupku lebih berarti pada saat itu, karena telah ada seseorang yang
akhirnya mau peduli padaku. Aku sangat mengandalkannya, semua permasalahanku
kuceritakan padanya. Dan diapun setia mendengarkan dan memberikan jalan keluar
dari masalah-masalahku. Aku sangat termakan oleh kata-katanya, aku percaya
sepenuhnya oleh Edo, sampai kuserahkan segalanya padanya. Yahh…semua yang ada
pada diriku telah kuserahkan. Tapi ia berusaha meyakinkan aku akan mempertanggungjawabkan
semuanya. Aku sedikit tenang mendengarnya. Tapi ternyata itu tidak berlangsung lama, kebahagiaan
yang kurasakan seketika lenyap setelah kumengetahui bahwa Edo adalah seorang
gigolo. Ia ingin menjalin hubungan denganku hanya untuk mendapat pengakuan didepan
teman-teman bandnya. Ia ingin memperlihatkan kepada teman-temannya bahwa dia
bukan hanya dapat memikat perempuan-perempuan yang lebih tua darinya, tapi juga
gadis-gadis sepertiku juga. “Entah apa
salahku sampai Tuhan menghukumku sedemikian kejamnya” gumamku.
Waktu itu aku
kembali hancur, aku pun mulai malas masuk kerja dan serasa tidak percaya dengan
orang-orang yang aku temui dan
kehilangan kepercayaan diri, sampai aku
bertemu dengan Nora, kakak kelasku di
SMP dulu. Dulu aku memang sempat sangat dekat dengan Nora dan akhirnya selepas
SMP kita putus komunikasi karena ia harus ikut dengan Omanya ke Jakarta, selama
ini Nora di asuh oleh Omanya, kedua orang tuanya meninggal saat ia masih umur 5
tahun. Setelah Oma Nora meninggal ia kembali ke Makassar dan menjalani hidupnya
sebatangkara. Tapi untung masih ada sahabatnya cici yang setia mendukung dan
memberinya support.
Aku kira Kehadiran
Nora akan memberiku secercah cahaya kehidupan yang baik, aku menceritakan apa
yang selama ini aku alami sampai aku yang telah kehilangan keperawanan dan dipecat dari tempat kerja aku karena laki-laki
yang sangat aku tidak ingin kenal lagi. Nora mencoba meyakinkanku bahwa hidupku
tetap cemerlang, dan memberiku semangat untuk kembali bangkit lagi. Nora mengenalkanku
dengan salah seorang kenalannya, manager di sebuah club malam, Pak Widodo. Aku
pun diterima bekerja disana sebagai waitress, namun setelah Pak Widodo mendengar
cerita tentangku yang pandai menari dari Nora, Pak widodo mengenalkanku dengan
seorang temannya yang memiliki sanggar. Aku kembali aktif, tapi kali ini bukan
sebagai penari tradisional, malainkan seorang dancer. Tanpa pikir panjang
akupun setuju untuk menjadi dancer di club itu, waitress sekaligus seorang
dancer. Aku sangat senang telah dipertemukan dengan Nora lagi. Namun, ternyata
aku semakin terjebak dalam gemerlap dunia malam. Kemudahan aku mendapatkan uang
semakin membuat aku kalap dan gelap mata. Kehidupanku semakin hancur. Akupun
tidak pernah lagi menemui ibuku dan menjenguk saudara-saudaraku. Nora yang selalu
setia menemaniku saat aku susah dan senangpun melengkapi kebahagianku.
Dan pada suatu malam, Nora tiba-tiba mengutarakan hal
yang sangat mengejutkanku. Ternyata selama ini ia adalah pencinta sesama jenis
(lesbi). Aku sangat terperanjat. Aku mencoba meyakinkannya. “Nora kamu ini
apa-apaan? Kamu ini aku udah anggap seperti kakak perempuanku, dan tidak
sedikitpun aku berpikir untuk memiliki perasaan layaknya lawan jenis
terhadapmu!!!” Nora yang tidak mau melepaskanku pun berkata “aku yang selama
ini menemanimu melewati masa sulit, aku tulus sayang kamu Fla, tidak akan ada
orang yang akan mampu memberimu ketulusan seperti aku…!” dia tetap bersikukuh
meyakinkan aku. Semenjak percakapan aku
dan Nora, dan aku menolaknya, diapun meninggalkan aku.
****
Berbulan-bulan aku mencari Nora dan akhirnya aku dapat
menemuinya disalah satu kontrakan teman lamanya, yang juga kakak kelasku semasa
di SMP dulu. Aku akui aku sangat membutuhkannya, aku sangat lemah tanpa
kehadiran Nora. Akupun mencoba menjalin hubungan terlarang itu, dan berharap
dapat menyembuhkan Nora menjadi normal kembali, namun sayangnya bukan Nora yang sembuh, malah aku yang semakin
menjadi. Aku merasakan rasa sayang dan perhatian yang aku berikan ke Nora bukan
lagi hal yang wajar. Aku menjadi cibiran teman-temanku, tapi aku sama sekali
tidak memperdulikannya. Aku terlalu larut dalam lingkaran kehidupanku. Aku
menjalani hidupku seakan kehidupanku ini akan berlanjut terus-menerus. Lupa
bahwa ada saatnya aku berhenti. Menikmati hidup dan terus bersenang-senang,
itulah aku yang sedang silau akan dunia fana. Melakukan apapun sesuka hati,
sampai terjerumus dilembah paling mengerikan, rasanya terlalu dalam untuk orang
dapat menyelamatkanku lagi.
Suatu malam, saat aku ingin berangkat kerja, seperti
biasa Nora yang mengantarkan aku. Dijalan Nora menjalankan motornya dengan
ugal-ugalan, tidak memperdulikan keselamatan dan kenyamanan pemakai jalan yang
lain. Angin malam yang menyapu wajahku, sangat menyenangkan. Beradu dengan
kecepatan diatas rata-rata. Namun, ternyata malam adalah malam yang sangat
tidak aku harapkan. Aku dan Nora mengalami kecelaan, kami tidak menyadari bahwa
motor kami melintasi jalan dari jalur yang berlawanan, tampak lampu sebuah truk
yang menyilaukan mata, dan seketika semuanya gelap dan sepi. Aku terpental
kesisi jalan, samar-samar kulihat Nora dan setelah itu aku tidak ingat lagi.
***
Aku koma selama seminggu, mengalami patah tulang dibagian kanan kakiku, dan juga
leher. Aku harus mengenakan gips untuk menopang kepalaku. Aku tiba-tiba
teringat pada kecelakaan yang mengerikan itu, “Nora…? Mana Nora???” aku panik
dan cemas ketika mengingatnya. Dokter
yang menanganiku selama ini pun mencoba menenangakanku, “mbak, tenang
dulu yah…mbak itu baru sadar, jangan pikir
yang berat-berat dulu dokter itu
mengingatkanku” tapi aku tetap saja memaksa untuk diberi tahu tetang kondisi
Nora. Dan akhirnya dokter itupun mengalah dan mencoba menceritakan semuanya.
Nora meninggal pada kecelakaan itu, ia terlindas oleh truk itu. Aku kembali pingsan
setelah mendengar kabar itu. Aku tidak dapat membayangkan suramnya kehidupanku
tanpa Nora lagi.
Tiga bulan kemudian
Setelah melewati masa
penyembuhan aku mengunjungi makam Nora yang bersebelahan dengan makam kedua
orang tuanya. “Kini aku betul-betul sendiri,” tidak akan ada lagi orang yang
akan memperdulikanku. Aku terus saja menangis. Sewaktu mendengar tentang
kematian Nora sontak semangatku untuk sembuh raib. Aku tidak mau menjalani
perawatan, tidak ingin sembuh lagi, “tak ada gunanya juga” gerutuku. Tapi
dokter itu sangat sabar dalam menghadapiku, dia sangat sabar memberikan aku
semangat untuk kembali bangkit dan mau menjalani terapi penyembuhan lagi.
Semakin keras aku menolak, semakin sabar dokter itu menasihatiku. “kamu nggak
usah pura-pura prihatin dan baik padaku, toh kamu tidak kenal aku kan??!
Sudahlah…!!!” bentakku kala itu. Tapi dia tidak pernah menyerah. Akhirnya
akupun mau menjalankan terapi penyembuhanku meskipun dengan hati sedikit
dongkol, iyalah..dongkol melihat dokter yang sangat keras kepala itu. Menyebalkan!!!
Sejak itu aku mulai akrab dengan dokter itu, namanya
Farid. Usianya 6 tahun lebih tua dari aku. Dia mulai mencari tahu tentang masa
lalu aku, tapi aku berusaha untuk tidak menceritakan apa pun padanya. Aku
trauma dengan semua kejadian ini. Dan ternyata, dia mencari tahu semuanya tanpa
sepengetahuanku. Dia hanya perlu
beberapa clue dariku dan dia pun mencari tahu semuanya. “Dasar licik kamu kak”
ujarku setelah mengetahuinya. “hehehe…abisnya kamu nggak mau ceritain ke aku,
yaaa udah aku cari tahu sendiri deh. Maaf yahh…” senyumnya yang meneduhkan
hati.
“Fla, kalau boleh aku
saranin kamu memulai kehidupan kamu dari nol lagi, dijalan yang labih baik,
Allah udah ngasih kamu kesempatan kedua, jangan kamu sia-siakan lagi. Memaafkan
diri sendiri juga sangat penting. Menjudge dirisendiri adalah perbuatan yang
sangat bodoh…apa yang kita peroleh dari penghakiman atas dirisendiri? Tidak
ada…kecuali ketertinggalan dan penyesalan tiada berujung. Pada dasarnya
kesalahan yang paling bodoh yang pernah kita lakukan sebaiknya kita jadikan
sebagai bahan pembelajaran bukan alasan untuk menghukum diri sendiri. Toh,
bukan hanya kita saja yang pernah melakukan kesalahan ataupun kebodohan. Selalu
ada kemudahan dik, dibalik kesukaran. Percaya deh…kamu nggak akan pernah
sendiri, DIA Maha Melihat, DIA terus mengawasimu, jangan takut melangkah. Kamu
selama ini hanya bergantung dengan orang-orang disekelilingmu, seakan-akan
merekalah yang memberikan segalanya untukmu, kamu lupa bahwa mereka pun itu
bergantung pada-NYA. Jadi ngapain kamu mengharap kepada hal-hal yang juga tidak
punya daya.? Selama kamu minta untuk selalu diberi petunjuk, InsyaALLAH DIA
akan menunjukkan jalan yang benar. Ingat Fla, kamu nggak akan pernah sendiri”
nasihat k’ Farid itulah yang membuat aku sadar betapa selama ini aku terlalu
jauh melangkah meninggalkan jalan-Nya. Lupa akan hakikat keberadaanku. Akupun
berjanji untuk memulai semuanya dengan baik. “terimakasih kak…” ujarku.
“ya…sama-sama Fla…”
Pada saat ulang tahunku
yang ke-22 k’Farid memberikan hadiah yang sangat indah kepadaku, k’Farid
memberiku mukena. Mungkin bagi orang lain ini hanyalah kado yang sangat biasa
saja, bahkan mungkin ada yang menganggapnya konyol. Tidak ada apa-apanya
dibandingkan kado-kado ulang tahun yang diberikan sebelumnya oleh orang-orang
terdekatku dulu. Tapi buatku ini sangat istimewa. “kamu kan udah lama nggak
sholat, pasti mukena pun kamu nggak punya, makanya kakak ngasih ini buat kamu.
Semoga kamu suka yahh…” katanya saat melihat keherananku setelah membuka isi
kotak yang diberikannya padaku.”kelak kamu pasti membutuhkan itu…” Aku hanya
dapat membalasnya dengan seulas senyuman. Selama ini aku dibesarkan dalam keluarga yang kurang
memperhatikan masalah agama, kami diberi kebebasan sebebas-bebasnya, termasuk dalam
menjalankan ibadah. Aku bahkan tidak ingat lagi kapan terakhir kali aku shalat
dan memuja Asma Allah.
Allah mendengarkan do’aku. DIA mengirimkan seorang
malaikat untuk menjagaku dan mengingatkanku saat aku lalai. Dan barulah aku
tahu mengapa k’Farid begitu baik dan sabar menghadapi sikapku yang sangat keras
selama ini. Itu karena aku ada kemiripan dengan almarhumah adiknya. Yang
meninggal dalam kecelakaan karena kasus yang sama denganku, ugal-ugalan dijalan
raya 2 tahun lalu. Adiknya pun terjebak dalam pergaulan bebas, dan karena
kesibukannya dan kesibukan kedua orang tuanya maka tidak ada satupun yang
mengontrol dan memperhatikan adiknya. Barulah k’Farid menyesal setelah
kehilangan satu-satunya adik perempuannya itu. Saat melihatku dia bertekad
ingin merawatku hingga pulih. Sosok yang sabar dan penyayang itulah yang
membuatku akhirnya yakin untuk menerima lamaran k’Farid setelah dia meyakinkan
aku bahwa statusku pada masa lalu tidak akan mengusiknya dan cukup dia, aku,
Allah dan penggalan masa laluku yang tahu tentangku dimasa lalu. Dan dia siap
membimbingku untuk hidup yang lebih baik. K’Farid berhasil meluluhkan hati
keras ibu dan kakakku. Sejak saat itulah aku merasa terlahir kembali, dan
berjanji akan selalu melangkah dilajan yang telah ditunjukkan olah-NYA. Mukena
itu pun akan tetap bersamaku, mukena pertamaku dalam hidupku yang kedua.
Fla dan K’ Farid (mereka yang memberikan inspirasi
untukku, they are really there) thank’s a lot
_Miftah_
Tidak ada komentar:
Posting Komentar